Terdapat beberapa pendapat
asal usul nama Brebes.
1. Mencoba menghubungkannya dengan keadaan alamiah daerah
Brebes yang pada awal mulanya konon mempunyai banyak air dan sering tergenang
air, bahkan ada kemungkinan masih berupa rawa-rawa. Mengingat banyak air yang
merembes, yang kemudian munculah nama Brebes, yang selanjutnya
mengalami "verbastering" (perubahan) menjadi Brebes.
2. Mencoba mengaitkannya dengan perihal masuknya agama
Islam pada awalnya ke Brebes,
yang sekalipun dihalang-halangi namun ternyata masih juga merembes, yang dalam
bahasa daerah disebut "berbes". Oleh karenanya munculah kemudian nama
Berbes, yang selanjutnya berubah menjadi Brebes.
3.
Mencoba menerangkan asal usul nama Brebes
dari kata-kata "bara" dan "basah". "Bara"
artinya hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak
mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes
yang kacuali merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena
perkataan "bara" diucapkan "bere", sedang "basah"
diucapkan "beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere
basah", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.
Ada
juga terdapat cerita yang berkaitan dengan kata yang akhirnya menjadi kota
Brebes yaitu: diantaranya Salem-Bantarkawung terdapat gunung bernama
"Baribis" dari gunung Baribis tersebut mengalir sungai
"Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di laut
Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang alin merupakan
sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada jaman dulu dianggap sebagai
sungai yang bertuah = angker (Jawa) dan konon sungai tersebut juga banyak
buayanya. Orang-orang tua pada saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk
datang, menyeberangi, mandi dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam
saat berperang orang tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang
melangkahi/menyeberangi sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka
terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung Wanara.
Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya Bangah mengalami kekalahan.
Dari
kepercayaan akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan/pepenget/pepeling
= pepali = larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi = menyeberangi
sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan. Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan. Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau
kita perhatikan dengan seksama, nama-nama tempat di pulau Jawa ternyata
merupakan cermin dari keadaan alam disekitar masyarakat yang mendiami
tempat-tempat itu dan cara berpikir mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan
dalam 2 golongan besar. Yang pertama, yang secara spontan telah lahir dari
masyarakat di kota-kota itu sendiri, sedang yang kedua, yang dengan sengaja
telah diberikan atau diperintahkan oleh suatu penguasa untuk dipakai, misalnya
nama Surakarta Adiningrat, yang mula-mula telah dipergunakan oleh Sultan
Pakubuwana II pada tahun 1745 untuk menyebut nama-nama tempat yang: 1. Berasal
dari nama-nama tanaman, 2. Berasal dari nama-nama binatang, 3. Berasal dari
nama-nama benda tambang, 4. Berasal dari nama-nama orang, 5. Mengingatkan kita
pada suatu keistimewaan topografis.
Nama
kota Brebes termasuk dalam katagori yang kelima. Dalam bahasa
Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah metu banyune"
artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah lahir, mengingat
pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota Brebes
sekarang ini memang selalu keluar airnya. Adapun kota-kota lain yang juga
memiliki nama-nama semacam itu, artinya yang telah lahir berdasarkan keadaan
tanahnya pada awal mula sejarahnya, bisa kita sebutkan antara lain nama-nama
kota Blora di daerah Jawa Tengah dan Jember di Jawa Timur. Nama Blora telah
muncul oleh keadaan tanah di kawasan kota itu pada mula sejarahnya memang masih
berupa rawa-rawa, sesuai dengan arti perkataan Blora atau Balora, yang
merupakan sebuah perkataan bahasa Jawa kuna yang berarti rawa, sedang nama kota
Jember telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya keadaan tanah di
kawasan kota memang benar-benar jember atau njember, sebuah perkataan dalam
bahasa Jawa berarti reged ajenes, artinya kotor dan mengandung air.
Dari
sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 / 1641, nama Brebes itu
sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan / daftar harian yang dibuat
oleh VOC. Makin kesini makin banyak uraiannya, meskipun hanya dalam hal sebagai
tujuan atau persinggahan pengiriman barang-barang penting dan bahan pokok,
misalnya alat-alat untuk kompeni (VOC), bahan pakaian, bahan makanan dan
sebagainya.
Nama
Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas, Barbos atau Brebes. Dari nama dan
bagaimanapun juga asal usulnya atau apapun juga makna nama Brebes itu, kiranya
bukanlah masalah bagi penduduk Brebes masa kini. Yang penting adalah mengambil
hikmah dari dalamnya. Suatu kenyataan Wilayah Kabupaten brebes dianalisa
dari segi lahan/tanah, curah hujan serta iklimnya, mempunyai prospek/masa depan
yang cerah. Segala faktor penghambatannya Insya Allah akan dapat diatasi oleh
generasi penerusnya.
Sumber :
http://legendaraya.blogspot.co.id/2010/12/sejarah-asal-usul-kabupaten-brebes.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar