Rabu, 20 April 2016

KERSANA, BREBES

Kersana adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Terletak diwilayah barat di jalur tengah Brebes yang cukup strategis karena sebagai daerah penghubung ke wilayah Brebes bagian selatan melalui Banjarharjo, serta akses menuju Ciledug Jawa Barat. Terdapat bekas pabrik gula yang sudah tidak beroperasi peninggalan penjajahan Belanda beserta kompleks perumahaannya yang masih dihuni oleh karyawan PG Tersana Baru unit Ketanggungan Barat . Hal ini menunjukan bahwa wilayah Kersana dijadikan Belanda sebagai daerah perkebunan tebu pada zaman dahulu dan dipimpin oleh seorang demang, karena wilayahnya merupakan tanah partikelir milik perusahaan Belanda. Kersana juga dikenal sebagai Ketanggungan Barat menunjuk nama stasiun Kereta Api yang masih terpakai sampai saat ini.

Asal-usul nama Kersana

Ada tiga bersaudara bernama R.Safii, R.Wangsanangga dan R.Singawinata. Ketiga orang tersebut turun dari pertapaan. R.Safii ke Karawang, R.Wangsanangga ke Cikeusal dan R.Singawinata ke Kareo yang sekarang menjadi desa Dukuh Tengah ( sebelah selatan Ketanggungan ). Setelah bertahun - tahun berpisah dengan saudara saudaranya, ketiga orang bersaudara itu mengadakan pertemuan di sebuah tempat yang bernama Cikeusal. Pada pertemuan ketiga bersaudara itu diadakanlah musyawarah dan mendapat suatu kesepakatan atau perjanjian yaitu Sapapait Samamanis ( sama sama pahit sama sama manis ), pahit atau manis dipikul bersama dalam satu perjuangan melawan penjajah yaitu Belanda.

R.Wangsanangga ditugaskan untuk melakukan kekacauan/pemberontakan terhadap pemerintah Belanda di daerah Brebes sampai ke daerah Kuningan. Dalam perundingan ketiga bersaudara tersebut telah disepakati bahwa yang dapat menangkap atau mengalahkan R.Wangsanangga hanya oleh R.Safii atau R Singawinata.

Maka terjadilah pemberontakan yang sangat kuat sehingga pemerintahan Belanda di daerah tersebut. Pusat pimpinan pemberontak terletak di Cikeusal dan sebagai panglimanya yaitu Ki Malangjiwa dari Cikuya, Ki Sangla dari Malahayu, Raksabala dari Bumihieum ( sekarang bernama desa Kubangjati/Ketanggungan),Ki Saragula dari Lemah Abang ( Tanjung ).

Karena tidak ada yang bias memadamkan pemberontakan maka pemerintah Belanda mengadakan sayembara. Isi dari sayembara tersebut adalah ” Barang siapa yang dapat menangkap pemimpi pemberontakan yaitu R.Wangsanangga akan diberi hadiah semintanya”. Mendengar berita sayembara dari pemerintah Belanda, R.Safii dari Karawang dan R.Singawinata dari tanah Kareo mendaftarkan diri untuk mengikuti sayembara dari pemerintah Belanda. Kedua orang tersebut bersatu melawan pemberontak dan akhirnya kepala pemberontak tersebut dapat di kalahkan.

Tiga orang bersaudara tersebut telah memegang perjanjian ”Sapapait Samamanis”. Karena telah dapat mengalahkan R.Wangsanangga maka R.Safii dan R.Singawinata mendapat hadiah sakersane ( semaunya ) dari pemerintahan Belanda, maka dimintanya oleh R.Safii dan R.Singawinata sebidang tanah.

Pemerintah Belanda memberikan sebidang tanah yang diminta seluas 41/3 pal persegi. Penyerahan hadiah dilaksanakan bulan Nopember 1813 oleh Gubernur Jenderal Raffles di daerah Ketanggungan Barat sekarang bernama Kersana. Oleh R.Safii dan putranya (R.Singosari Sayidina Panatayuda) tanah Kersana diberikan kepada R.Singawinata dan R.Wangsanangga . Putra R.Safii ( R.Singosari Sayidina Panatagama) menikah dengan putri dari R.Wangsanangga (R.A.Dumeling) yaitu pada tahun 1809. R.Singosari Sayidina Panatagama berganti nama menjadi Kanjeng Adipati Aria Singosari Panatayuda I dan R.Singawinata diangkat menjadi Demang di Kersana.

Geogarafi

Stasiun KA Ketanggungan Barat

Wilayah Kecamatan Kersana merupakan dataran rendah yang cukup landai dengan ketinggian 11 meter diatas permukaan laut, yang sebagian besar adalah tanah daratan yang digunakan sebagai hunian, serta untuk sektor pertanian dan perkebunan.

Utara Kecamatan Tanjung
Selatan Kecamatan Banjarharo
Barat Kecamatan Tanjung
Timur Kecamatan Ketanggungan

Demografi

Penduduk Kecamatan Kersana sebagian besar adalah suku Jawa yang menggunakan Bahasa Jawa Brebes, serta suku sunda yang menggunakan bahasa Sunda Brebes. Namun terdapat juga suku pendatang seperti keturuann thionghoa yang sebagian besar sebagai pedagang, serta keturunan suku Madura. Sebagian besar memeluk agama Islam disamping hidup rukun juga pemeluk Kristen, Katolik , Budha serta Khonghucu.

Wisata kuliner : Alang-alang, Rujak Belut (Mbah Ribut), Baso Royal, Mpal Gentong, Mendoan, pusat oleh2 Telur asin & Bawang, dll
Irigasi / Perairan : Balong Kradenan, Balong Kubang Pari, Balong Cikandang, Balong Kersana

Bahasa

Sebagian besar penduduk Kecamatan Kersana menggunakan bahasa Jawa dialek Brebes, atau biasa disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Di Kecamatan ini, terdapat juga penduduk yang menggunakan Bahasa Sunda yang biasanya dikenal sebagai Bahasa Sunda Brebes, yaitu di Desa Kradenan, dan Desa Sindangjaya. Sementara itu ada satu desa yang masyarakatnya secara bersamaan menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Sunda Brebes serta Bahasa Jawa yang biasanya dikenal dengan Bahasa Jawa Brebes yaitu Desa Kubangpari. Atas fenomena ini, boleh dikatakan secara kultur, merupakan suatu ciri yang unik apabila dikaji lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan bahasa di wilayah ketiga desa ini dikaitkan dengan kebudayaan yang memengaruhi yaitu budaya Sunda dan budaya Jawa.

Rumah di Eks PG Kersana Brebes

Sarana dan prasarana

  1. Puskesmas Kecamatan
  2. Stasiun Kereta Api (Jakarta - Cirebon - Jogjakarta)
  3. Sport Hall (Lapangan Tenis, Sepak Bola, Voli & Badminton)
  4. Pasar Kecamatan
  5. Pasar Pagi di Cigedog
  6. Mini market Alfamart (dekat MTs Subulul Ikhsan) dan Indomaret (dekat Perempatan Pasar Kersana)
  7. POM Bensin di Jl. Pemuda sebelah barat SMK N 1 Kersana
  8. Bank BRI
Transportasi :
Becak hampir di setiap pasar ada atau di pangkalan
Delman dari : Kersana-Ciampel-Jagapura-Ketanggungan-Pende-Sindangjaya-Banjarharjo
Mikrolet Biru muda(telor asin) Tujuan/Via : Banjarharjo-Kradenan-Kubangpari-Cikandang-Cigedog-Kersana-Tanjung
Mikrolet Kuning + Biru Tujuan/Via : Ciledug-Kersana-Ciampel-Jagapura-Ketanggungan

Sarana Pendidikan Menengah

Terdapat beberapa sekolah menengah baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, antara lain :
  1. SMP Negeri 1 Kersana di Jagapura ( Sekolah Standar Nasional/SSN )
  2. SMP Negeri 2 Kersana, di Kubangpari
  3. SMP Negeri 3 Kersana, di Limbangan
  4. SMP Ma'arif Fathurrohmah, di Kubangpari ( SMP Pondok Pesantren Fathurrohmah)
  5. MTs Subulul Ikhsan di Jl. Pemuda - Ciampel
  6. MTs Ma'arif NU 9 di Pende
  7. SMA Negeri 1 Kersana, di Cigedog
  8. SMK Negeri 1 Kersana di Jagapura
  9. SMK Bisma Kersana di Desa Limbangan
  10. MA Subulul Ikhsan di Jl. Pemuda - Ciampel
  11. Pondok Pesantren Fathurrohmah di Desa Kubang Pari

Desa/kelurahan

  1. Ciampel
  2. Cigedog
  3. Cikandang
  4. Jagapura
  5. Kemukten
  6. Kersana
  7. Kradenan
  8. Kramatsampang
  9. Kubangpari
  10. Limbangan
  11. Pende
  12. Sindangjaya
  13. Sutamaja
 
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kersana,_Brebes

Kuliner Yang Harus Dicoba Ketika di Brebes

Ngomong-ngomong brebes. Kalau orang bilang brebes paling terkenal itu memang telur asin dan bawang merahnya. Tapi jangan salah, ternyata di brebes juga ada beberapa kuliner atau makanan khas yang patut dicoba. Mau tau rekomendasi kuliner yang ada di brebes? Buat yang mudik penting banget nih.
 
  • Ayam Panggang Pak Tarwud
Nih buat kamu yang sedang mudik menuju brebes, harus mencicipi makanan yang satu ini. namanya adalah ayam panggang pak tarwud. Ayam panggan ini memiliki cita rasa yang lezat dan terkenal di kota brebes. Ayam panggang pak tarwud ini buka mulai jam 7 pagi sampai jam 10 malam. Lokasi ayan panggang pak tarwud ini berada di jl. A. yani No. 46. Kota brebes. Untuk bisa menikmati menu ayam panggan ini kalian hanya harus mengeluarkan dana sebesar Rp. 35. 000 rupiah saja satu porsinya. Hmm selamat menikmati.
 
  • Seafood Gusti
Hampir setiap kota memiliki kuliner berbau seafood. Untuk kalian nih yang suka dengan makanan seafood apalagi yang sedang mudik. Maka kamu harus mencoba seafood gusti. Seafood gusti ini sangat lezat dan juga dapat menggoyang lidah. Nah lokasi seafood gusti ini berada di Jl. Randu Sanga Kulon, no 6 brebes. Harga yang di tawwarkan pun masih tergolong murah, hanya di banderol dengan harga mulai dari Rp. 30.000 saja.
 
  • Sate Bengong Barokah
Jika kalian suka sate, maka tidak ada salahnya jika mencoba sate bengong barokah brebes. Sate bengong barokah ini adalah sate yang berbahan dasar bebek. Sate begong ini terdiri dari beberapa menu, seperti sate paha, sate tulang dan juga sate dada bebek. Sate blengong ini biasanya di sajikan dengan ketupat. Sate ini sangat gurih san lezat. sate blengong ini terletak di  Pasar batang tepatnya di Jl.KH Ahmad dahlan. Untuk bisa menikmati sate blengong ini hanya perlu mengeluarkan dana sekitar Rp. 50.000
 
  • Bakso Pak Gimin
Ini nih bakso paling terkenal dan juga paling enak di brebes adalah bakso pak gimin. Bakso ini terbuat dari daging sapi asli. Bakso pak gimin ini ada di  Jl. A. Yani No 28. Dan untuk bisa menikmati bakso ini nggak mahal kok, hanya perlu membayar Rp. 10.000 saja. Jangan dilewatkan ya, apalagi buat yang lagi mudik hehhehehe
 
  • Soto brebes
Soto brebes yang segar memang cocok di jadikan santapan di siang hari. Salah satu penjual soto brebes yang enak adalah soto brebes yang ada di Berada di Jl.Gajah Mada no 39. Soto brebes ini terdiri dari campuran, soun, tauge, babat, dan juga di tambah dengan sajian nasi putih. Harga soto brebes ini dia banderol dengan harga Rp.10.000 saja.
 
  • Ikan Ndas Manyung “Mbah Opah Sigambir”
Bagi warga brebes higga pekalongan jawa tengah, masakan ikan Ndas Manyung atau biasa di sebut menu masakan Kapal Burak bukanlah suatu sajian istimewa. Namun di desa sigambir kecamatan brebes ada masakan khas Ndas Manyung yang mungkin bagi penikmat kuliner belum merasakannya sensasinya. Makanya main-main ke brebes. Di warung mba opah ini, masakan Ndas Manyung disajikan dengan hidangan yang benar-benar baru di masak sehingga aroma bau asap bumbu yang sangat terasa. Masakan ndas manyung di Mba Opah desa sigambir juga terkenal murah. Untuk satu porsi Ndas Manyung dengan kapasitas makan 3 orang di patok 30.000 hingga 35.000 rupiah. Cukup menggoda ya.
 
  • Gesek bandeng sawojajar
Berbicara gesek, pikiran kita tertuju makanan yang terbuat dari bahan dasar ikan dengan rasa asin yang kuat. Ups, jangan salah dulu sebab gesek ikan yang satu ini di samping rasanya kenyal karena daging ikan gesek yang tebal, rasanya juga tidak di dominasi rasa asin lagi. Namunrasanya bila mampir di lidah akan terasa nikmat dan gurih. Apalagi dengan sambal terasi yang cukup pedas, di padu dengan sayur asam…wuaaahh. Harga per-porsi juga dipatok tidak begitu mahal. Untuk satu bilah gesek bandeng beserta sambal terasi dan sayur asem berikut nasinya, HJ. Muslikha hanya mematok 12.000 rupiah. Penasaran? Coba saja mampir ke warung makan Hj. Muslikha desa sawojajar kecamatan wanasari ini.
 
  • Rujak belut ala Cigedug Kersana
Berbagai makanan rujak, seperti rujak pecel, rujak lotek atau rujak gado-gado, mungkin bukan hal yang aneh, dan setiap warga Brebes sudah merasakan. Namun untuk sebagian masyarakat, mencoba makan rujak belut ala desa cigedog kecamatan kersana mungkin belum begitu banyak yang merasakan. Banyak maasyarakat dari luar daerah yang kecanduan loh ternyata, seperti dari tegal, cirebon bahkan jakarta. Harganya pun perporsi terjangkau, sekitar 20 ribu ditambah dengan segelas minuman es teh.. wuaaahhhh… nikmatnya.
 
  • Adep-adep Brebes
Adep-adep merupakan makanan yang terdiri dari nasi, ayam bacem, tahu goreng, tempe goreng, ikan asin, jengkol, sayuran (daun singkong, kacang panjang, mentimun) dan sambal. Kuliner yang kini tengah digilai warga Brebes ini berlokasi di kawasan ketanggungan. Silahkan mampir
 
  • Warung makan kampung alang-alang
Brebes yang berada di perbatasan antara Jawa tengah dan Jawa barat ini menjadikan sebagian warganya cenderung kesunda-sundaan, tak heran jika di beberapa wilayah brebes terdapat sejumlah warung makan yang menggunakan konsep warung makan sunda, salah satunya adalah warung makan kampung alang-alang. Warung makan alang-alang ini berlokasi di Jalan raya tanjung Banjarharjo-Kersana, Brebes. Warung makan yang bernuansa sunda ini begitu digemari banyak orang dari berbagai daerah. Suasananya yang mendamaikan membuat siapapun merasa betah untuk berlama-lama di tempat ini. Warung makan kampung alang-alang memiliki berbagai macam menu, mulai dari bakar-bakaran sampai goreng-gorengan. Disini kamu akan menjumpai berbagai makanan khas sunda yang begitu menggugah selera. Selamat mencoba.

Asal Usul Desa "TANGGUNG SARI"

Desa Tanggungsari, salah satu desa yang berada di Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes.  Dahulu kala, ada seorang yang bernama Nasirudin atau Nasirun yang berasal dari Gunungsari, Cikulak, Ciledug Jawa Barat. (Menurut sumber lain nama lengkapnya adalah Tubagus Nasirudin/Tubagus Nasirun dan memiliki garis keturunan Kesultanan Banten).

Nasirudin ini adalah seorang anak muda yang haus akan ilmu kesaktian. Berbagai tempat ia datangi. Asal di situ ia mendengar ada seorang bijak atau sakti maka ia pasti akan mendatanginya untuk berguru. Petualangan Nasirudin ini sampai membawanya ke wilayah Jawa Timur, tepatnya sekitar daerah Sunan Gresik. Kedatangan dia ke situ juga dengan maksud menimba ilmu.

Hingga pada suatu hari, usai beberapa lama menimba ilmu di Gresik, Nasirudin memutuskan untuk pulang ke rumah. Hingga suatu waktu, perjalanannya sampai di wilayah Desa Ketanggungan. Di tempat ini Nasirudin memutuskan beristirahat. Pada saat itulah, Nasirudin yang apda dasarnya juga anak muda yang cukup ramah terlibat pembicaraan dengan warga sekitar. Dari situ, dia mendengar bahwa di sekitar Desa Ketanggungan ini masih banyak wilayah yang msih liar dan kosong penghuninya. Karena tertarik dengan penjelasan masyarakat sekitar, ditambah Nasirudin ini punya jiwa petualang, akhirnya Nasirudin memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut dan mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumahnya di Ciledug. Akhirnya, Nasirudin mendapatkan tempat yang cocok menurut kata hatinya. Tempat itu berada disekitar antara Desa Ketanggungan dan Desa Baros.

Mulailah Nasirudin muda ini membuka lahan dan mendirikan tempat tinggal di situ. Setelah beberapa lama menetap, Nasirudin mulai dikenal masyarakat sekitar akan kesaktiannya. Hingga pada suatu hari, Nasirudin diminta oleh Bupati Brebes (Adipati Pusponegoro; pen.) untuk membantu pemerintah membasmi para perusuh yang ada di Dusun Cupas dengan imbalan yang cukup yaitu tanah seluas 100 bahu (kurang lebih sekitar 90 Ha.). Menurut cerita, Dusun Cupas ini dihuni oleh banyak perusuh yang seringkali mengganggu ketemtraman penduduk dan pemerintah.

Maka mulailah Nasirudin ini menunjukan kesaktiannya yang luar biasa. Dan pada malam yag telah ditentukannya, Nasirudin menggerakan seluruh senjata yang dimilikinya serta yang dipunyai warga, mulai dari tombak, keris, parang, pedang, cangkul, dan lain sebagainya untuk membasmi para perusuh di Dusun Cupas. Di tengah malam sunyi itu berbagai senjata kiriman Nasirudin bergerak sendiri munuju Dusun Cupas, dan sesampainya di tempat itu senjata-senjata tersebut bergerak sendiri untuk membasmi tuntas para perusuh.

Keesokn harinya, penduduk di sekitar Dusun Cupas geger karena para perusuh yang bertempat tinggal di dusun itu mati dengan berbagai luka di tubuhnya. Padahal malamnya mereka tidak mendengar ada pasukan atau warga menyerbu. Usai peristiwa itu, warga semakin menghormati Nasirudin dengan kesaktiannya. Dan sesuai janjinya, Bupati Brebes kemudian menghadiahi Nasirudin dengan tanah seluas 100 bahu. Oleh Nasirudin tanah itu kemudian dibagi 70 bahu untuk dijadikan sawah dan 30 bahu sisanya dijadikan pekarangan. Karena sudah memiliki tanah sendiri, Nasirudin lantas memboyong kerabatnya yang ada di Gunungsari Ciledug Jawa Barat. Kerabatnya tersebut bernama Ki Artilem dan Ki Karwinten. Bersama dua kerabatnya dibantu oleh masyarakat sekitar yang mulai berdatangan maka di atas tanah itu lama kelamaan membentuk satu desa.

Dan oleh Nasirudin desa tersebut dinamakan Desa "TANGGUNGSARI" yang diambil dari kata Tanggung berasal dari Desa Ketanggungan, dan Sari yang berasal dari desa tempat kelahirannya yaitu Gunungsari. Konon, itulah asal usul nama Desa Tanggungsari yang berada di wilayah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Sumber :
https://www.facebook.com/TANGGUNGSARI/posts/301412983222018

Selasa, 19 April 2016

Usir Hama, Ini Jurus Petani Bawang Berkantong Tebal di Brebes

 


Brebes -Jika kebetulan melintas di jalan wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah saat malam hari, maka kerap ditemukan lampu-lampu berjejeran yang di tengah sawah yang yang cukup menarik perhatian.

Lampu-lampu tersebut biasa dipakai petani bawang merah sebagai alat penangkap organisme pengganggu tanaman, dengan di bawahnya diletakkan baskom air yang dicampur minyak kelapa. Cahayanya yang terang saat malam hari menarik hama yang umumnya serangga, masuk ke dalam perangkap.

Maryadi, Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian Provinsi, Jawa Tengah menuturkan, rata-rata pengguna perangkap lampu (light trap) adalah petani bawang merah yang memiliki lahan luas.

"Kalau yang pakai lampu biasanya petani yang kaya. Lahannya kan luas, jadi efektif pakai light trap. Itu kan mahal, kan harus punya genset harganya satu Rp 23 juta, bayar solarnya, bayar operatornya, dan lahannya harus luas biar efektif," jelasnya ditemui di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Senin (18/4/2016).

Diungkapkan Maryadi, light trap jadi alat yang diakui di kalangan petani bawang merah sebagai yang paling ampuh mengurangi serangan hama kupu seperti jenis spodoptera exigua, dan lalat pengorok daun atau Liriomyza.

"Namun bisa efisien kalau dipakai untuk lahan sedikitnya di atas 1 hektar. Makanya yang punya biasanya petani kaya yang lahannya luas. Kalau petani kecil pakai campuran pestisida dan alat sederhana seperti yellow trap," ujar Maryadi.

Amin Kartiawan Danopa, salah seorang petani yang memiliki lahan seluas 20 hektar lebih di Brebes yang ditemui detikFinance mengatakan, light trap memang bisa efektif dipakai untuk lahan tanaman bawang merah yang luas.

"Kalau saya punya 20 hektar lebih. Satu hektar ada 22 lampu, lampunya sih murah pakai saja yang Rp 5.000 per biji. Solarnya sehari 25 liter, oli pelumas 5 liter diganti seminggu sekali, bayar operatornya, itu untuk 20 lampu hektar. Lampunya sebulan sekali diganti. Karena genset saya kan besar," ungkap Amin.

Meski dipakai untuk lahan yang luas, saat ini sudah ada beberapa petani kecil bawang merah di Brebes yang juga memakai light trap.

"Tapi nggak bisa sendiri. Kadang kalau yang kecil lahannya yah harus sewa genset kecil, makanya biasanya rame-rame untuk dipakai bersama. Sebenarnya murah kalau dipakai bersama-sama satu kelompok tani misalnya 10 hektar," pungkas petani jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.